Dalam upacara tersebut, Duta Besar Republik Islam Iran memaparkan himpunan ciri-ciri kepribadian pendiri Republik Islam yang di era sekarang kurang dapat ditemukan di pribadi lain, serta menjelaskan ketergantungan pada kekuasaan abadi Tuhan, keikhlasan, kesederhanaan hidup, kepercayaan pada rakyat dan republik di antara mereka. Di Pusat Kebudayaan Islam Jakarta, Yang Mulia Duta Besar Boroujerdi menekankan bahwa kebijakan berharga yang selalu diikuti Imam Khomeini (RA) dari awal pergerakannya hingga akhir hidupnya yang terhormat, disusul oleh Pemimpin Agung Republik Islam Iran, Presiden dan Menteri Luar Negeri, dimana mereka merupakan siswa yang syahid di sekolah-sekolah tercinta tersebut, adalah kebijakan definitif Republik Islam Iran yaitu tidak pernah dan tidak akan adanya pengakuan terhadap rezim Zionis yang tidak sah. Dia mengkritik gagasan naif tentang kemungkinan perdamaian dengan rezim yang menduduki Al-Quds dan menerima pembentukan negara Palestina merdeka oleh rezim ini dan menyatakan bahwa masalah seperti itu tidak diinginkan dan tidak mungkin dilakukan. Karena sifat rezim Zionis yang suka berperang dan tidak pernah menyetujui perdamaian seperti itu dimana sejarah 20 perang besar di kawasan yang dilakukan rezim ini adalah buktinya. Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia menambahkan, ia senang Indonesia selalu dan dalam beberapa hari terakhir juga mengklarifikasi kebijakan negaranya yang tidak mengakui dan berkomunikasi dengan rezim pendudukan Al-Quds oleh menteri luar negerinya.